Pengalaman Jadi Sales Smartfren
Waktu itu saya sempat senang sekali dapat panggilan interview dari perusahaan distributor coklat. Saya melamar kesana atas rekomendasi dari seorang pacar teman suami saya. Setelah 2 minggu menunggu ternyata akhirnya dipanggil juga. Kata teman sih masuknya memang dipilih sama nilai dan ipk waktu kuliah. Gajinya juga lumayan walaupun belum UMR. Gajinya juga terjadwal 2 kali, jadi gak bakal kekurangan di tanggal tua. Namun sayangnya yg gak begitu suka harus menahan ijasah ketika menjadi karyawan tetap disini. Belum lagi waktu itu gak dikasih tau juga kalau misal habis interview harus langsung kerja soalnya diluar ayah mertua saya sudah nungguin. Tau gitu khan Intan suruh pulang. Setelah beberapa langkah saya masuk ke perusahaan itu ternyata bukan seperti kantoran yg saya kira tapi lebih ke arah gudang yg sudah disulap menjadi kantor. Yah memang sih di dalamnya ternyata komplit, ada gudangnya, ada warung makannya dan juga ada yg buat kantornya. Untuk masuk kesini, kita disuruh mengisi form biodata diri saja, setelah itu ada sesi tanya jawab sama ibu direkturnya. Kalau OK bisa langsung kerja, kalau gak OK ya langsung pulang. Jadwal kerjanya mulai jam 8 sampai jam 5. Ya seperti orang kantoran biasa. Walaupun nyaman, tapi yah agak was – was kerja disana, acnya memang banyak, dengan deretan komputer yg sudah lengkap dengan alat print dan telepon, meja kerja yg disusun memanjang untuk semua karyawan kerja. Kerja disini bosnya ada 2 yaitu ada yg perempuan dan ada yg laki – laki. Untuk bos laki – laki disini terbilang killer. Dia selalu keliling mengawasi karyawannya bekerja di jam tertentu. Karyawannya juga jadi seperti patung, duduk sendiri tanpa sepatah katapun. Waktu hari pertama kerja ada seorang manager yg mengenalkan perusahaan ini, menjual apa saja, dan tugasnya apa saja. Di hari pertama saya disuruh menghapalkan merek coklat yg mereka jual dan bungkusnya berupa foto yg sudah disusun dalam selembar kertas mirip seperti katalog. Lumayan banyak gak satu atau dua tapi, puluhan merk coklat. Setelah proses pengenalan produk, akhirnya saya diberi meja – meja sendiri – sendiri. Saya diberi tempat duduk di sebelah mas – mas yg saya sudah melupakan namanya. Mas itu sih baik, sabar, kalau saya tanya selalu jawab. Herannya mas ini betah kerja disana selama bertahun – tahun. Kerja disini sebenarnya simpel, makanya banyak karyawan baru yg keluar masuk, bukan karena mereka tidak betah, tapi disini ketika ada karyawan yg membuat kesalahan 1 saja, maka langsung dicut alias dipecat. Yah emangnya enak banget kalau jadi bos. Cuma ngrekut dengan mudahnya, nelpon, masuk, kerja, salah terus langsung dipecat. Aduhhh duh emang gak mikir apa ya cari kerja itu sulit pak bos. Gak semua langsung dapat dan gajinya besar. Sampai saatnya diwaktu umur kerja saya sudah 1 bulan setengah. Saya sebenarnya sudah niat bolos kerja soalnya hp smartphone saya dipinjam sama suami dibuat ngelencer ke jogja, sedangkan sehari – hari saya harus menerima dan mengatur sales dari handphone saya tersebut meskipun itu dari whatsapp web. Yah katanya suami, dia pinjam buat foto – foto aja gak lebih. Karena dia ingin refreshing akhirnya saya setuju aja walau handphone saya dipakainya toh masih bisa terhubung ke Whatsapp web yg ada di komputer kantor. Memang benar lho, hapenya di Jogjakarta sedangkan komputer di Surabaya masih bisa terhubung dan dibuka. Nah masalahnya ketika saya bekerja, ada salah satu nomor tidak dikenal masuk ke whatsapp saya. Saya yg gak tahu isinya apa soalnya dia Cuma attach photo. Jelas saya curiga, siapa tahu dia sales saya. Soalnya nomer sales juga gak ada yg saya save. Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, saya pun membukanya, menunggu loading ternyata isinya foto suami dan teman – temannya yg lagi pose. Saya yg lihat foto kayak orang – orang gitu, tidak sengaja terlihat sama direktur laki – lakinya. Dikiranya saya main – main. Pada akhirnya sebelum pulang saya mendapat tegoran. Kalau buka komputer jangan main – main. Saya pun menjelaskan kalau saya itu kerja, Cuma salah buka karena hape dipakai suami, saya kira sales, bla bla bla. Namun mungkin dikira saya ngeles aja. Esok hari pas saya mau kerja lagi ternyata komputer saya sudah dipakai sama orang. Saya juga dipanggil sama manager, dan bilang maaf Intan masa kerja anda sudah habis, Pak bos gak mau ada karyawan yg main – main di kantornya. Yah setelah itu saya diberi pesangon lalu pulang. Yah gimana lagi namanya bos tidak pengertian itu yah gitu. Harusnya saya gak masuk pasti gak ada kejadian seperti itu. Tapi gimana namanya nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini adalah takdir yg harus saya jalani. Itulah rasanya saya dipecat pertama kali karena sebelumnya saya hanya keluar mengundurkan diri dan habis kontrak. Yang namanya mau sukses memang sulit, apalagi yg tidak sukses. Semenjak itulah saya sudah gak mau kerja lagi. Bukan karena trauma, tapi saya ingin mempunyai usaha sendiri, bisa membuat lapangan kerja sendiri dan menjadi bos yg bijak serta memikirkan kesejahteraan karyawan – karyawannya. Aminnn. Alhamdulillah sejak saya berhenti bekerja disana. Suami juga mendapat pekerjaan yg lebih baik, saya juga menjadi fulltime blogger yg sudah menghasilkan. Yah semoga bos kayak gitu disadarkan!